24/07/09

Bomber is Nuts, Moronic, Idiotic, Brainless

Satu minggu lalu, tanggal 17 Juli 2009, sekitar jam 7.50, Indonesia dan Man. United fans (gw gak sih untuk yang kedua ini, najis deh) kembali berduka oleh adanya penyerangan bom di dua hotel di daerah Mega Kuningan, J.W Marriot dan Ritz Carlton. Tidak lama setelah terjadi pengeboman, diketahui bahwa kejadian ini adalah suatu peledakan bom, karena sebelumnya sempat diperkirakan bahwa ledakan itu terjadi karena adanya genset yang terbakar kemudian meledak. Tidak lama setelah dengar berita di TV, gw buka internet untuk ngecek social network yang gw ikutin (Twitter dan Facebook), dan betul aja, komen dan statusnya seragam, yaitu menyebutkan tentang ledakan yang terjadi di Mega Kuningan. Tidak sedikit dari beberapa komen tersebut yang juga sudah menganalisa sebab dan dampak dari ledakan tersebut. Ledakan bom, ketakutan bahwa MU gak jadi dateng berseliweran di status-status tersebut.

Selama 1 minggu kedepan, pemberitaan tentang ledakan ini masih jadi headline atau berita penting di televisi dan koran. Analisa dampak dari beberapa sektor, misal ekonomi, pariwisata, keamanan dll, analisa pelaku peledakan, dari JI, pecahan-pecahan JI, masih berhubungan dengan Al-Qaeda, pihak yang kalah dalam pilpres kemarin serta CIA dan Mossad (dua analisa terakhir menurut gw sangat gak masuk akal dan konyol, disatu sisi emang bersumber dari pihak-pihak yang secara pribadi gw gak suka sih, hehe). Selain pemberitaan yang rame di media massa, peledakan ini juga memicu semacam spirit untuk kita tidak takut dan tetap menghadapi segala sesuatunya dengan santai. Di twitter dan facebook muncul topic dan group “Indonesiaunite”, semacam pernyataan sikap bahwa kita rakyat Indonesia gak takut dengan teroris dan aksi-aksinya. Acara Metro TV semalam juga punya topik yang sama, mengajak masyarakat untuk bersama-sama punya keberanian menghadapi pergerakan teroris ini, tunjukkan bahwa mereka gagal menteror kita, membuat kita takut, dengan bersikap biasa aja akan kejadian ini. Acara ini mengundang beberapa pihak, mahasiswa, cendekiawan, asosiasi usaha, musisi, untuk sama-sama mengkampanyekan spirit ketidak takutan ini.

Bagus lah kalau begitu, dari kejadian buruk ini masih ada yang bisa disyukurin, bahwa masyarakat jadi aware akan terorisme. Kalau kata Syamsudin Salim, sense of intelligence nya orang Indonesia selama ini kurang, mungkin terlalu ramah kali yee. Spirit nasionalisme juga jadi muncul karena kejadian ini, tapi ya gw berharap sih gak anget-anget tai ayam aje, seminggu dua minggu pasca kejadian lantas dah gak mikirin dan gak punya sense of belonging dengan bangsa ini.

Nah, yang bikin gw kesel, si teroris ini otaknya dimana sih?? Kalau punya ya dipake toh. Sebelumnya, gw mendasari kekesalan ini dengan asumsi bahwa pelaku pemboman ini adalah kelompok radikal suatu agama dimana salah satu fahamnya adalah bahwa musuh mereka layak dibunuh, dan pembunuhnya, dalam kasus ini pemboman bunuh diri, akan dapat free access to heaven. Kayaknya dah jadi common sense deh bahwa menghilangkan nyawa orang dengan sengaja, apapun alasannya dan apapun minumannya, tidak bisa dibenarkan. Hidupnya dia ya haknya dia, gak bisalah dihilangkan seenaknya, yah meskipun beberapa peraturan hukum memberlakukan adanya hukuman mati atas suatu pelanggaran, tapi intinya adalah hormati haknya dia untuk hidup, terlepas dari brengsek atau menyebalkannya dia. Kurang lebih begitu masalah hidupnya. Terus juga masalah nyali, kan kelompok yang dituding pelaku ini, sudah diketahui bersama bahwa musuh besar mereka adalah Amerika dan Yahudi (sangat menggeneralisir yah, kek gak ada yang baik aja diantara mereka), nah terus lu ngapain nge-bom di Indonesia kalau begitu. Emang sih kalau ngelihat dari lagunya Enno Lerian jaman dulu banget, katanya kalau mau makan restoran padang, gak berarti harus ke padang. Jadi kalau mo mengeliminir Amerika dan musuhnya emang gak harus ke Amerika. Tapi kan dampaknya itu loh, kalo ngebom di Indonesia, ya orang Indonesia lah yang paling kena dampaknya. Kalau emang benci mereka (bukan mendukung bahwa kebencian harus dibalas ya, tapi masalah nyali), ya samperin lah mereka yang lo benci itu. Malah ngacak-ngacak negara lain, mana biasanya negara sendiri lagi yang diacak-acak, bego luh!!!

Kemudian apa solusinya, jangan cuma menghina tapi gak ngasih jawaban ye, ketahuan banget orang Indonesianya kalau menghina doang tapi gak ngasih solusi. Melihat bahwa yang salah adalah isi kepala dan nuraninya, jadi ya dua itu yang harus dibenerin. Ajarin bahwa hidup itu berharga, hak setiap orang, tidak memandang siapa dan apapun yang telah dikerjakan orang itu. Pendidikan HAM keknya perlu, iya gak sih? Adalah dua kali pertemuan di level SMP dan SMA. Jangan baru dikasih di kuliah, keburu dah diracun ama orang lain pemikirannya. Sekali lagi ujung-ujungnya pendidikan ya!! Smoga pendidikan yang baik bisa sampai ke daerah-daerah terpencil. Serem juga kalau gak dibenahin, masalahnya pelaku-pelaku dari yang udah-udah, kebanyakan berasal dari wilayah yang miskin dan secondary lah. Nah, di Indonesia, wilayah seperti ini kan masih sangat banyak, wilayah maju dan wilayah miskin jauh lebih banyak wilayah miskin. Kalau tuh teroris dan peracun otak orang bisa nyampe ke sana, bisa jadi sarang teroris nih Indonesia.

For better Indonesia, for better mind!!!

0 komentar: