24/05/10

Dedication for Friends

Saya bukan penggemar dari penyanyi ini, saya juga tidak tertarik nonton film dimana lagu ini dijadikan soundtrack. Tapi saya suka lagunya, touchy, dan liriknya kuat, apalagi sekarang-sekarang ini. Setelah memilih suatu keputusan yang menggemparkan beberapa teman saya, dan saya rasa kalau semakin banyak yang tahu, semakin bertambah lagi kegemparan ini, lagu ini terdengar sangat pas. Tema utamanya sih love/cinta, tapi kalau dilihat, liriknya bukan cinta-cintaan yang menye. Bukan cinta yang memabukkan atau membuat kita melayang-layang dan kehilangan kesadaran akan dimana kita berada. Tapi cinta yang konstruktif, yang memberi harapan, dan liriknya lebih condong ke arah pihak yang menerima cinta itu, dan dia sangat berterima kasih untuk itu.

Yah, mungkin saat ini saya hanya bisa mengapresiasi sejauh terima kasih saja, sulit untuk memenuhi harapan yang saat ini ditanggungkan kepada saya. Love you all friends, and I'm so thankful. But really sorry...At least, you, all of you, strengthen me up to face the path that I'll walk into. Mmmm...secara grammar, betulkah tulisan barusan??



Lyrics by Dianne Warren:
For all those times you stood by me
For all the truth that you made me see
For all the joy you brought to my life
For all the wrong that you made right

For every dream you made come true
For all the love I found in you
I'll be forever thankful, baby

You're the one who held me up
Never let me fall
You're the one who saw me through
Through it all

You were my strength when I was weak
You were my voice when I couldn't speak
You were my eyes when I couldn't see
You saw the best there was in me

Lifted me up when I couldn't reach
You gave me faith 'cause you believed
I'm everything I am
Because you loved me, ooh, baby

You gave me wings and made me fly
You touched my hand I could touch the sky
I lost my faith, you gave it back to me
You said no star was out of reach

You stood by me and I stood tall
I had your love, I had it all
I'm grateful for each day you gave me

Maybe, I don't know that much
But I know this much is true
I was blessed because
I was loved by you

You were my strength when I was weak
You were my voice when I couldn't speak
You were my eyes when I couldn't see
You saw the best there was in me

Lifted me up when I couldn't reach
You gave me faith 'cause you believed
I'm everything I am
Because you loved me

You were always there for me, the tender wind that carried me
The light in the dark shining your love into my life
You've been my inspiration through the lies you were the truth
My world is a better place because of you

You were my strength when I was weak
You were my voice when I couldn't speak
You were my eyes when I couldn't see
You saw the best there was in me

Lifted me up when I couldn't reach
You gave me faith 'cause you believed
I'm everything I am
Because you loved me

You were my strength when I was weak
You were my voice when I couldn't speak
You were my eyes when I couldn't see
You saw the best there was in me

Lifted me up when I couldn't reach
You gave me faith 'cause you believed
I'm everything I am
Because you loved me

I'm everything I am
Because you loved me

11/05/10

Love and Haemorrhoids

Ngerti gak artinya? Artinya “Cinta dan Hemoroid (a.k.a wasir/ambeien)”. Apa hubungannya? Tentu ada, ini yang akan kita ceritakan saat ini. Kalau dilihat sekilas sudah pasti nggak ada hubungannya, tapi namanya extraordinary man, gw bisa menghubungkan keduanya.

Love atau cinta dalam bahasa Indonesia, tentu sudah tahu artinya. Mungkin sulit mendefinisikannya, tapi pasti pernah merasakannya, jadi biarlah masing-masing orang mendefinisikannya sendiri berdasarkan apa yang dia pernah atau sedang alami. Hemorroid, ini adalah pembengkakan pembuluh darah di sekitar anus yang bikin BAB berdarah. Sekian perkenalan dari tokoh dari postingan ini, silakan menikmati cerita mini semi fiksi nan absurd ini.

This story is inspired by true events. Remember: inspired, so there must be some additional in real story.

Ada seorang pria yang sedang meraba-raba kembali siapa dirinya, apa tujuannya karena satu dan lain hal. Proses ini cukup menyakitkan si pria karena entah kenapa dia tidak bisa berpikir jernih, pikirannya selalu terdistraksi oleh beberapa masalah. Salah satunya adalah masalah penyakit. Sebenarnya penyakitnya nggak terlalu parah, tapi jelas sangat menganggu. Hemoroid yang diketahuinya diderita setelah bertanya-tanya kepada orang, mencari tahu di artikel-artikel kesehatan, pemeriksaan dari level klinik, puskesmas, sampai pada dokter ahli bedah. Dia sudah mengalami penyakit ini sekitar 3-4 bulan. Ditambah dengan masalah lain yang sedang dia alami, penyakit ini cukup mengikis rasa percaya diri, menganggu konsentrasi, merusak akal sehat, dan menurunkan spirit hidup dari pria tersebut. Rasa was-was setiap kali duduk, naik motor, bepergian, beraktivitas, begitu menyedot semangat dan akal jernih pria ini.

Sampai pada salah satu titik terendah di hidupnya dalam beberapa waktu terakhir, akhirnya dia memutuskan kembali menemui dokter ahli di sebuah rumah sakit pemerintah untuk mencari kepastian mengenai penyakitnya dan juga untuk sekedar menghabiskan waktu dengan positif. Setelah melakukan pekerjaan rutin rumah tangga di pagi hari, pria ini pergi ke puskesmas untuk meminta surat rujukan agar bisa memeriksa lebih lanjut di rumah sakit. Menunggu sebentar dengan beberapa orang di ruang tunggu, akhirnya pria itu dipanggil oleh petugas medis untuk bisa menemui dokter puskesmas tersebut. Tidak lama setelah berkonsultasi dan ngobrol dengan si dokter, akhirnya pria tersebut mendapatkan apa yang dia inginkan, yaitu surat rujukan rumah sakit.

Kemudian si pria itu pulang ke rumah terlebih dahulu untuk menyiapkan diri dan beberapa dokumen untuk melengkapi pemeriksaannya. Menempuh waktu perjalanan sekitar empat puluh menit dari rumahnya, akhirnya si pria itu sampai menuju rumah sakit yang dia inginkan. Terlebih dahulu melewati proses pendaftaran dan administratif, tidak lama semua dokumen sudah lengkap dan si pria tinggal menunggu namanya dipanggil oleh petugas di rumah sakit tersebut. Untuk membunuh waktu tunggu yang sepertinya akan lama, pria ini membaca suatu kumpulan cerita pendek yang sudah dipersiapkan dari rumahnya. Tapi tidak terlalu lama, si pria ini teralihkan oleh suatu tontonan olah raga di televisi yang ada di ruang tunggu rumah sakit tersebut.

Beberapa orang berlalu-lalang di depannya, tetapi dia tidak perduli, karena tontonan olah raga itu jauh lebih menarik daripada memperhatikan setiap orang yang lewat di depannya. Sampai pada satu orang berbaju putih dengan rambut diikat kuda dan pakaian yang rapih dan cukup sederhana melintas di depan dia, barulah pria itu terusik. Melihat sebentar, kemudian hasil penglihatannya dibawa ke otak dan diproses disana. Hasilnya apa? Ternyata objek yang dilihat oleh mata pria itu barusan cukup menarik. Tapi pria itu kembali menonton tayangan olahraga ditelevisi. Meskipun begitu, setiap objek “cukup menarik” itu lewat, perhatiannya terhadap tayangan televisi itu berhasil diserobot.

Akhirnya si petugas memanggil nama pria tersebut, dan mempersilahkannya masuk kedalam ruangan dokter. Ketika dia masuk, dia melihat si objek “cukup menarik” tadi juga ada di dalam ruangan tersebut. “Aduh, kenapa dia sih yang tugas disini”, begitu pikir si pria atas kehadiran si objek “cukup menarik” tadi. Tapi si pria berpikir bahwa tidak tepat bila memikirkan hal tersebut ketika tujuan utamanya adalah untuk memastikan keadaan penyakitnya. Ngobrol-ngobrol sebentar, kemudian percakapan pun sampai pada seputar penyakit yang dialami oleh pria tersebut. Si pria bercerita mengenai perkembangan kondisinya yang positif selama sebulan terakhir meskipun masih ada beberapa tanda-tanda yang menunjukkan bahwa mungkin penyakitnya belum sembuh sepenuhnya.

Untuk dapat mengetahui bagaimana kondisinya, si dokter menyuruh si pria untuk berbaring di kasur. Si pria berpikir “aduh, jangan sampai dia yang meriksa”, sambil melirik ke “objek menarik”. Si pria segera berbaring, dan si “objek menarik” berdiri di dekat si pria untuk mempersiapkan beberapa hal, salah satunya adalah dengan menyalakan lampu. “Aduh, lampu dinyalain lagi, makin kelihatan jelas aja ama dia nanti”. Lalu, si dokter pun menghampiri, dan memakai sarung tangan karet. Perlengkapan tersebut membuat si pria menjadi sedikit lega, karena hal tersebut berarti si “objek menarik” bukan lah yang akan memeriksa si pria itu. Si pria tiduran menghadap ke samping sambil membentuk huruf “S” untuk memudahkan pemeriksaan. Yak, saat yang paling tidak dinanti-nantikan datang, dokter memasukkan salah satu jarinya kedalam anus si pria untuk memeriksa hemoroidnya. Adapun gerakan jari si dokter tidak lurus mutlak tapi sedikit berputar seperti bor, walhasil si cowok pun tergetar miris, malu, dan geli. Ditambah dengan si “objek menarik” yang bisa dipastikan akan menyaksikan apa yang terjadi pada si pria, karena memang itulah tugasnya, mengobservasi dan mempelajari apa yang dilakukan oleh si dokter terhadap pasien yang ditanganinya.

The worst part is end. Dengan segera si pria memakai kembali celananya sambil mendengarkan kesimpulan si dokter atas pemeriksaan yang dilakukannya barusan. Paling tidak kondisinya sudah lebih baik, tapi si pria dipesankan untuk benar-benar menjaga kondisinya dengan mengurangi duduk, serta mengurangi konsumsi sambal. Kemudian si pria bertanya-tanya mengenai adanya kemungkinan pantangan terhadap makanan atau aktivitas tertentu, yang dijawab dengan “tidak” oleh si dokter. Setelah merasa apa yang ingin dia tanyakan sudah tersampaikan, dia pamit pergi dan mengucapkan terima kasih kepada dokter, suster dan terakhir si “objek menarik” itu dengan tingkat keberanian yang terendah diantara ketiganya.

Si pria kemudian pergi menuju apotik untuk menebus resepnya dengan beberapa obat yang dianjurkan oleh si dokter. Melihat keramaian yang ada, si pria berpikir untuk menebus obatnya diluaran saja, karena akan memakan waktu kalau dia lakukan di apotek rumah sakit tersebut mengingat keramaian tadi. Lalu si pria berjalan menuju parkiran, tapi begitu melihat sudah waktunya untuk makan siang, akhirnya pria tersebut pergi menuju kantin yang ada di rumah sakit untuk makan.

Sesampainya di kantin yang cukup sejuk, sangat kontras dengan suhu di luar yang rasanya panas luar biasa, si pria segera menuju display makanan untuk menentukan menu yang ingin dipesannya. Dia memilih soto ayam dengan tambahan tahu untuk melengkapi menunya, serta teh botol sebagai minumannya. Sambil menikmati makan siangnya, si pria menyaksikan televisi yang menyiarkan tayangan olah raga lanjutan dari apa yang dia tonton sebelumnya di ruang tunggu. Karena si pria perlu menghadap ke samping untuk menyaksikan tontonan televisi, dia tidak melihat bahwa ada seseorang yang datang ke kantin tersebut, meskipun posisi yang sebenarnya dari meja makan mengharuskan dia untuk menghadap pintu masuk. Gangguan teknis mengganggu tayangan saat itu, dan akhirnya si pria pun duduk menghadap arah yang seharusnya dia tuju. “Aduh, kenapa dia musti makan disini sih...”, begitu pikir si pria ketika menyadari bahwa “objek menarik” sedang berjalan masuk ke arah kantin. Sempat terjadi kontak mata diantara keduanya, dan si pria yakin apa yang ada di pikiran mereka masing-masing tentu berbeda. “oh ini pasien yang tadi”, mungkin begitu yang ada di pikiran si “objek menarik”, dengan kata “tadi” yang bisa bermakna sangat luas, dan si pria berharap apa yang tidak dia harapkan muncul di pikiran si “objek menarik” ketika itu.

Andai pada saat itu si pria memberanikan diri berkenalan dengan si “objek menarik”, kira-kira apa yang ada di pikiran si pria dalam pergulatan batinnya untuk memberanikan diri berkenalan. “objek menarik” sudah terlebih dahulu melihat apa yang ada di daerah intim pria, apakah hal ini membuat keduanya risih, atau hanya ketakutan si pria saja? Ahh, kita tidak tahu, karena cerita ini memang tidak bisa dilanjutkan lagi, cukup sampai disitu saja.

Ahahahaha, nggak jelas ceritanya.