09/04/10

I Dreamed About An Alter-Ego

Headline atau sorotan utama berita belakangan ini berisi tentang makelar hukum, abused power, money talks dan sebagainya. Miris juga sih, kok negara yang mengaku sudah melakukan reformasi, praktek kayak gini masih aja banyak (saya yakin di negara maju sekalipun hal ini ada, tapi jelas lebih banyak di negara berkembang.. CMIIW). Ada bagusnya sih, paling nggak orang-orang makin aware dan makin peduli ama negaranya. Makelar pajak jadi semacam terompet buat orang untuk sedikit memikirkan negaranya, yah meskipun sepertinya jadi cenderung menyalahkan atau malah menjadi makin apatis ama negara ini.

Saya jadi teringat sama obrolan dengan dua teman saya beberapa waktu lalu, ketika kasus seorang nenek yang mengambil (entah mencuri atau hanya mengambil dengan tidak ada maksud jahat) beberapa buah kokoa yang mengakibatkan nenek itu dituntut hukuman 3 bulan penjara. Kejam juga sih, nenek-nenek dituntut kayak gitu, apalagi nilainya secara materiil gak seberapa, mungkin jajannya sehari anak-anak sekolahan di Jakarta. Andaikan benar pun karena mencuri, kalau sampai dituntut kayak gitu ya berlebihan sih.

Nah dari keprihatinan teman gw itu, dia jadi terobsesi untuk punya alter ego semacam Robin Hood, seseorang yang mencuri harta orang kaya yang jahat/lalim untuk dikasih ke rakyat kecil yang jadi korban dari tindakan si kaya itu tadi, CMIIW. Temen gua terpikir untuk menjadi eksekutor buat para penjahat-penjahat, yang dalam kasus di paragraf sebelumnya, adalah kesewenang-wenangan dan ketidakperimanusiaan dari pemilik modal. Dia membayangkan juga koruptor-koruptor yang nggak tersentuh oleh hukum bisa dieksekusi ama dia.

Gw sendiri pun tertarik untuk jadi super hero semacam itu. Berita belakangan yang mengekspos tentang pegawai pajak yang korup jadi menambah greget gw. Oia, sekalian gw promosiin satu serial TV yang belakangan ini gw tonton. Judulnya Leverage. Mereka sebuah tim yang menyediakan "advokasi" buat para korban-korban pemilik modal yang bertingkah seenaknya. Ingat, saya memberi tanda kutip di kata advokasi itu, karena pembelaan yang dia berikan cenderung illegal, karena menjebak korbannya secara multi-disipliner. Pake pendekatan IT, kekerasan, transaksi-transaksi yang menjebak, dan sedikit kekerasan. Pokoknya keren dah. Serial ini yang sedikit meng-inspire gw untuk jadi semacam penegak keadilan khususnya di kalangan birokrat yang korup. Petugas-petugas pajak yang suka nembak angka sembarangan musti ngerasain yang namanya depresi atau pengalaman nyaris mati supaya dia sadar ama tanggung jawabnya itu. Atau jaksa-jaksa yang lembek ngajuin tuntutan buat pihak yang punya kuasa entah karena jabatan atau kekayaan.

Kostumnya seperti apa, karena kasusnya white collar crime, maka eksekusinya juga dengan berdandan agak rapih dan formil. Biar elegan dan berkesan bagi penjahat-penjahat itu, hehe. Caranya sedikit pake kekerasan, dan saya bekerja sendiri supaya biar saya aja yang menanggung dosa dari pekerjaan kotor tapi mulia ini :D. Contoh seperti apa? Kalau pernah nonton Watchmen, Rorschach pas banget tuh buat visualisasi super hero yang gw inginkan. Tapi cukup sebatas tampilannya sebagai Rorschach aja ya, soalnya kalau dibuka topengnya, tampang aslinya kurang oke sih, hehe. Monggo dilihat.



07/04/10

My Opinion From Last Night Match

Untung saja malam ini saya bangun agak terlambat jadi hanya bisa nonton Barca vs Arsenal pada babak kedua. Ketika terbangun, langsung liat handphone buat ngecek jam berapa waktu itu, mengolahnya sebentar dalam kepala untuk memperkirakan apakah pertandingan masih berjalan atau justru sudah selesai. "kayaknya belum deh", itu yang ada di kepala gw, dan kemudian mencari remote control untuk menyalakan TV. Hmmm, kok iklan yah? Atau sudah habis? Ditunggu sebentar dan, ternyata babak kedua akan dimulai. Langsung agak shock karena ternyata my fav team sudah ketinggalan 3-1, dan 3 gol Barca dicetak oleh si fenomenal Lionel Messi. Nggak langsung hopeless sih, karena kalau Arsenal bisa cetak 2 gol dan skor akhirnya jadi 3-3, Arsenal yang lolos.

Terus meniatkan diri buat nonton, lihat pertandingan selama 20 menit dan berjalan tidak seimbang, langsung berbesar hati untuk merelakan Arsenal tidak lolos semifinal UCL. Mainnya nggak ada greget, tim lawan punya taktik yang sedikit berbeda dengan yang mereka terapkan di permainan sebelumnya, ya sudahlah, ini mah nggak akan lolos.

Sama seperti tahun lalu ketika Arsenal kalah di semifinal oleh MU, ada greget yang tersisa habis pertandingan semalam. Entah kenapa The Professor seperti menjadi tidak layak memangku julukan The Professor semalam. Dia sudah tahu bahwa ada handicap sekitar 5 pemain inti, tapi kenapa ya dia masih memaksakan taktik yang sama untuk dimainkan. Mungkin itu alasan kenapa dia disebut Professor, terlalu idealis dengan apa yang jadi keinginannya. I wish Wenger become "The Politicians". Politisi yang oportunis dan cenderung menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuannya. Kenapa dia gak main anti-football atau anti football dengan counter attack sebagai strateginya. Memang sih hal itu akan dicerca karena "menyangkal diri sendiri". Tapi demi kemenangan kenapa nggak sih? 4-5-2, dengan 4 DF dan 2 gelandang bertahan, supaya bisa menahan pergerakan Midfielder dan Striker Barcelona yang bisa dikatakan 80% full team. Kalau diibaratkan, seperti Daud melawan Goliath, tetapi ceritanya Daud nggak percaya ama Tuhan. Jadi benar-benar Daud vs Goliath tanpa ada intervensi Tuhan.

In Wenger We Trust => sepertinya saya sudah malas make slogan ini, rasanya dia terlalu naif untuk seorang pelatih. Semoga next opportunity, BPL, masih bisa diperoleh, dan rivalnya terpeleset oleh lawan. Agak menggelikan sih, untuk menjadi juara dengan mengandalkan tim lain, tapi kalau kebutuhannya mengharuskan seperti itu, mau gimana lagi.

Paragraf terakhir, saya akan tetap cinta Arsenal, dan berharap ada perubahan yang signifikan di season 2010-2011.