30/03/09

Evaluasi diri!!!!

kalo kata ilmu manajemen, ada satu konsep yang terkenal, namanya POAC, Planning Organizing Actuating dan Controlling. Ini adalah langkah2 yang harus dikerjakan untuk mencapai suatu tujuan, yang adalah inti dari ilmu manajemen, yah paling gak menurut gw lah.

Sekarang gw pengen ngerjain yang langkah terakhir, yaitu Controlling. Nah, apa yang menjadi objeknya?? Gw sendiri!!!

Belakangan ngerasa nih mulut kok rasanya makin kaya tong sampah aja, banyak ngomong yang gak enak dan gak layak diucapkan. Ngepet lah, waaannjiirrrr lah, shit lah dan masih banyak lagi. Sekarang sih emang keliatan biasa ngomong kaya gini, but...Roma 12:1, persembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, itulah ibadah yang sejati. Yups, each part of my body belongs to HIM, so give the best. And of course, talking craps like that is not honouring God.

Nah, dari mana itu perkataan muncul?? Dari pikiran, nah pikirannya dari mana?? Respon atas stimulus di sekeliling, entah dari ortu, kondisi situasi dan masih banyak lagi. Jadi klo mo perbaiki mulut lo, perbaiki juga respon lo atas apa yang terjadi di sekeliling, jangan banyak ngeluh, jangan banyak engumpat. Cerna dengan baik, lihat secara positif dan insya Allah, respon dan perkataan pun baik.

Itu tentang mulut, bagaimana yang lain?? Willingness pun kacau, entah kenapa skripsi makin belangsak aja. Niat ada, entah knapa rasanya ragu-ragu dengan apa yang gw teliti ini, takut gak penting lah, takut salah konsep dll. Gak kerasa, sekitar 2,5 bulan lagi deadline pengumpulan skripsi, sebenarnya kalo ngelihat progress sejauh ini, gak lama lagi udah selesai, tapi ya itu tadi, doubtness is filling my head. Kalau ngerjain yang lain rasanya cukup baik, tertata dan terencana, tapi entah kenapa dengan skripsi ini, fiuhhhh.....

with YOUR power, I can do it!!!!!!

22/03/09

abis nonton Perfect Num8ers!!!

halo...halo...halo....

Demi menjaga kesopanan, emang ada baiknya memulai sesuatu omongan dengan ucapan salam, hehehe....

Belakangan ini jadi makin rajin aja posting di blog. Emang sih kalo dipikir-pikir, banyak hal yang bisa gw tulis dalam blog ini. Perkara-perkara gak penting sampai perkara penting sebenarnya menarik untuk ditulis, tapi emang harus dipandang dengan suatu cara yang baik sehingga kejadian-kejadian, atau pemikiran-pemikiran yang ada di gw bisa tersampaikan dengan baik dan menarik untuk dibaca (kayak ada yang baca ajah, hehehe....)

Pertama-tama, mo mengucapkan selamat tinggal buat teman baik gw, Adrian Parlindungan Napitupulu, kalau gw gak salah menyebutkan nama lengkapnya, atas keberangkatannya ke Australia untuk melanjutkan studinya di jenjang S2 Kriminologi. Tujuan akhirnya keren, mau jadi dosen di UI kalo gak salah. Hari gini kayaknya susah banget nyari orang yang bercita-cita buat jadi dosen. Beruntung banget, Adrian juga didukung oleh orang tuanya untuk jadi dosen, jadi lengkaplah sudah, dana ada, niat dari orangnya juga ada, ditambah dukungan dari orang tua. Okelah,,smoga sukses ya Adrian...dan semuanya itu harus dimulai dengan suksesnya persiapan bahasa dalam dua bulan ini, hehe. Gud luck friend!!!!

Oke, sekarang masuk ke inti postingan. Gw dapat ilham menulis postingan ini habis gw nonton suatu acara di O Channel jam 19.30 kalau ga salah. Nama acaranya Perfect Num8ers (dibacanya Numbers). Bila gw deskripsikan secara singkat, acara ini berisi suatu tips perencanaan keuangan dan pengelolaan kekayaan. Acaranya dibawakan oleh Charles Bonar Sirait dan Aidil Akbar, seorang Wealth Planner. Denger-denger sih, Wealth Planner itu suatu profesi yang menggabungkan antara Wealth Management dan Financial Planner, gak cuma berurusan mengenai investasi, tetapi secara keseluruhan, jadi akhirnya berujung pada pengelolaan kekayaan seseorang untuk suatu tujuan. Yah, itu deskripsi gw sih, karena kalau ngomong Financial Planner kayaknya urusannya adalah bagaimana mengalokasikan dana untuk investasi pada suatu instrumen yang benar untuk memperoleh return atau keuntungan yang tinggi. Jadi agak sempit lah kajiannya. Sedangkan Wealth Planner ya itu tadi, rangkumkan saja penjabaran gw diatas, hehe.

Gw suka sama acara ini untuk beberapa alasan. Pertama, acaranya sangat mendidik. Hari gini di tivi jarang banget nemuin acara yang mendidik, rata-rata mengemas diri sebagai edutainment ato infotainment, which is produknya adalah gosip-gosip, sinetron, acara-acara musik yang sering kali lip sync, hehe. Perfect Numbers ngajarin untuk gimana mengalokasikan uang kita dengan benar. Investasi mau kemana, produknya apa, besarannya berapa. Kadang-kadang juga dihubungkan dengan suatu topik, misalnya hari ini yang gw tonton mengenai perencanaan pendidikan dengan pengelolaan uang yang benar. Dulu juga pernah dihubungkan dengan kondisi krisis finansial global. Produk apa yang kira-kira tepat dalam kondisi kaya gini.

Kedua, pembawaan acara sangat menarik. Meskipun kontennya gw nilai cukup berat, tapi pasangan pembawa acara bisa membawakannya dengan "asik", jadi enjoy juga ngelihatnya. Meskipun gw sebenarnya tidak terlalu tahu mengenai dunia Keuangan, tapi karena sering lihat acara ini yah dikit-dikit ngerti lah. Pengetahuan kaya rasio-rasio keuangan, profil investasi, produk investasi dan penggolongannya jadi lumayan ngerti abis nonton acara ini. Ternyata mereka juga buka grup sendiri di Facebook, meskipun gw juga jarang buka sih, tapi lumayanlah buat nambah ilmu keuangan, hehe. Satu catatan khusus juga, mengenai pembawa acara Aidil Akbar, setelah gw sedikit browsing tentang dia, ternyata dia tuh gak main-main kemampuannya. Pendidikannya S1, S2 semua dari Amerika Serikat. Blum lagi sertifikasi-sertifikasinya, ampun dehh, sirik kalo ngelihatnya. Kalau gak salah dia juga punya posisi penting di Himpunan Pengusaha Muda gitu deh. Fiuhhh, salut buat dia. Sebenarnya, pembawaan dia yang bikin gw suka sama acara ini. Kata yang tepat buat mendefinisikannya adalah "asik". Gak ribet, gak make kata-kata berat meskipun ya itu tadi kemampuannya gak main-main, gak kebarat-baratan, kecuali terminologi-terminologi tertentu yang emang harus disampaikan dengan bahasa Inggris, cukup humoris, fisik okelah, gaya berpakaian dan mukanya dia.

Okelah, itu sedikit mengenai acara Perfect Num8ers. Nah, yang cukup menarik adalah topik hari ini mengenai perencanaan pendidikan, gw gak tahu persis sih apa tepatnya, karena baru liat pas pertengahan acara, tapi pokoknya tentang perencanaan pendidikan lah. Dia cerita mengenai persiapan biaya pendidikan untuk tingkat kuliah bagi anak, atau calon anak lah buat pasangan yang belum nikah. Miris juga dengernya, bahwa kenaikan biaya pendidikan ternyata diatas rata-rata tingkat inflasi, kira-kira 20%. Ditambah dengan keluarnya UU Badan HUkum Pendidikan, yang menurut dia intinya membuat biaya pendidikan di tingkat universitas menjadi lebih tinggi karena biaya penyelenggaraan diupayakan oleh Universitas itu sendiri. Jadi total biaya pendidikan akan mengalami kenaikan sekitar 25% setahun. Sebenarnya ini gak mutlak, terkadang distribusi kenaikannya gak selalu terjadi di tiap tahun, bisa aja selama 2-3 tahun gak ada kenaikan, tapi tahu-tahu tahun ketiga naik sampai 50% dan seterusnya. Jadi dia mengajarkan gimana caranya untuk mempersiapkan dana tersebut secepatnya. Bagi yang belum, bagaimana memulainya, dan bagi yang sudah mempersiapkan, jadi semacam evaluasi apakah perencanaannya sudah baik atau belum. Dari telpon-telpon yang masuk, dia banyak menganalisa dari jumlah investasi dan juga produk investasi yang digunakan. Tentu saja bagian Financial Check-up tidak terlupakan. Nah, ngelihat angka-angka yang dia sebutkan, gw jadi mulai itung-itungan, berapa ya biaya kuliah anak gw nanti. Asumsi gw menikah umur 28 tahun, trus punya anak umur 30, jadi anak pertama gw akan kuliah ketika gw berumur 47 tahun. Dengan asumsi biaya pendidikan sekarang, untuk beberpa bidang studi kaya ekonomi, hukum, sekitar 70 juta sampai menempuh gelar sarjana. Jadi pertanyaannya adalah, berapa biaya kuliah anak pertama gw nanti?? Melalui perhitungan gw, sekitar 11 milyar, fiuhhhh!!!!!!! Banyak betul ya?????? Mau bayar pake apa gw dapet duit segini...Lumayan lama sih emang, sekitar 25 tahun lagi, berarti setahun sekitar 500 juta.. Hmm, serem euy. Yah meskipun ini analisa yang sangat kasar sih, kan banyak faktor juga yang menentukan, misalnya perhitungan future value present value, andaikata ada kenaikan gaji, atau regulator mengeluarkan suatu kebijakan yang membuat kenaikan biaya pendidikan gak sampai segitu tingginya.

Hmmm, jadi apa yang harus gw persiapkan?? Pertama, luluslah kamu Prima secepatnya. Kedua, berharap pada group interest yang concern sama pendidikan. Smoga aja mereka sadar akan itung-itungan versi Aidil Akbar, jadi bisa menyuarakan pentingnya pendidikan berbiaya murah bagi pemerintah. KTB-KTB pendidikan, LSM-LSM, mahasiswa-mahasiswa adalah beberapa pihak yang gw lihat punya peran disini, jadi berusahalah, hehe. Trus yang keempat, sehubungan dengan PEMILU yang udah makin dekat, pilihlah partai, caleg yang punya concern buat pendidikan. Jadi mereka punya program untuk menyediakan pendidikan dengan biaya murah tanpa mengesampingkan kualitas. Keempat, yah berharap lah sama CSR-CSR yang berbaik hati untuk mengambil pendidikan sebagai salurannya.

Okeh, semoga Indonesia menjadi negara yang terdidik oleh karena adanya pendidikan yang murah dan berkualitas, aminnnnnnnnn.......

21/03/09

kesal nehhhhh!!!!


bah..bah...ni hari rasanya menyebalkan banget. Kok orang rumah kayaknya membuat ribet suatu urusan yang sepertinya tidak perlu dibuat ribet. Ditambah gw sendiri juga terus mempermasalahkan cara kerja mereka, sudahlah, ni hati rasanya panas banget. Yah karena emang gw melihat masalah ini dari sudut pandang dan pemikiran gw sendiri, postingan blog ini akan sangat subjektif sekali - pemborosan kata-kata yang sengaja gw tulis untuk menunjukkan ke-subjektifan tulisan ini. 

Ada beberapa kondisi yang harus gw terangkan sebelum gw menulis postingan ini lebih lanjut. Mungkin kondisi yang mendukung emosi gw hari ini adalah adanya suatu perasaan aneh setiap gw dirumah yang membuat gw entah kenapa gak nyaman aja klo dirumah. Entah itu karena tekanan untuk segera lulus, atau perkara gw sering disuruh-suruh kalau lagi di rumah yang buat gw gak nyaman kalo lagi di rumah. 

Seperti itulah kondisinya. OKeh, berikutnya gw mo bercerita tentang rebeknya orang rumah gw. Semua diawali dengan hendak berakhirnya bulan Maret yang berarti para wajib pajak seantero Indonesia harus melaporkan, atau juga menyetor kalau memang ada kurang bayar, kewajiban perpajakannya ke kantor pajak sesuai wilayahnya. Sebagai mahasiswa yang belajar perpajakan di kuliahnya, bokap banyak bertanya sama gw bagaimana harus mengisi SPT dengan benar. Pada dasarnya setiap perintah bokap males gw patuhin, (hehe..), tapi berhubung perintahnya kali ini cukup menantang dan sesuai dengan minat gw, yah gw cukup senang hati melakukannya, yah sekalian belajar ngisi SPT beneran, soalnya selama ini cuma ngisi soal doang, hehe... Kemudian nanya-nanya ke bokap tentang penghasilannya berapa, trus dokumen-dokumen apa aja yang dia punya, trus dikasih lah ke gw beberapa dokumen yang cukup gw mengerti apa fungsinya. Tapi karena ada keragu-raguan, gw coba bertanya ke beberapa teman gw tentang pengisian ini, especially masalah penghasilan pensiunnya bokap. Sebenarnya pensiunnya dia tuh masuk penghasilan bersifat final apa nggak, soalnya nanti berpengaruh ama jenis SPT yang harus digunakan. Setelah mempertimbangkan masukan teman-teman dan coba-coba untuk googling buat tahu, akhirnya gw putuskan bahwa bokap seharusnya make SPT yang SS. Pensiun yang gw permasalahkan tadi akhirnya gw perlakukan layaknya gaji bulanan yang diterima rutin, jadi bukan final, sehingga SPT yang dipake adalah 1770 SS.

SPT jenis ini cukup mudah, hanya tinggal isi nama, NPWP, pekerjaan, no telpon sama isian daftar harta dan kewajiban. Serta melampirkan dokumen 1721 A1/A2 tergantung swasta atau negeri tempat pekerjaannya. Well, big applaus buat DJP untuk adanya format SPT ini, mempermudah para karyawan yang menerima penghasilan dari 1 pemberi kerja yang berpenghasilan dibawah 60 juta (panjang bet..hehe..) untuk melaporkan kewajiban perpajakannya. Seperti itulah penjabaran singkat mengenai 1770 SS, dan mari kita mulai masuk ke permasalahan. Bokap gw dikirimi oleh DJP sejumlah dokumen berisi SPT, SSP, petunjuk pengisian SPT dan lain-lain. Untuk catatan, SPT yang dikirimin DJP itu 1770, yang lembarannya belasan, cukup ribet lah pokoknya. Nah kerancuan akan SPT mana yang digunakan dalam pelaporan bokap merupakan awal masalah dari ketegangan ini. Menurut dia, seharusnya pake 1770, karena selama ini, dia bilang, dia make 1770 buat pelaporannya. Yang kedua, untuk suatu pemikiran sederhana, yah karena dikiriminnya 1770, ya laporlah dengan 1770. Gw coba jelaskan dengan mengacu pada petunjuk pengisian yang dikirimin DJP, bahwa ada peraturan baru mengenai format SPT yang baru dengan kriteria-kriterianya. Yah, beliau cukup mengamini untuk yang pertama ini. Tapi berikut-berikutnya yang bikin gw agak kesal adalah mengenai dokumen-dokumen yang dilampirin. Cukup jelas tertulis di SPT 1770 SS tadi, bahwa cukup melampirkan dokumen 1721 A2 sebagai bukti bahwa gajinya sudah dipotong oleh pemberi kerja, dan karena dia juga sudah pensiun mulai pertengahan tahun lalu, lampirkan juga bukti pemotongan dari TASPEN. Ehh, dia malah cukup ngotot untuk menyertakan juga dokumen kayak rincian gaji, surat keterangan bahwa gw adalah mahasiswa FISIP. Duile, buat apaan lagi, diminta juga nggak. Mulut gw yang santun ini pun gak tahan buat nyindir sikapnya dia yang memperumit pelaporan ini sendiri, dan dia pun nanggapin dengan santai "ya iya dong". Capek dehh... Trus ada lagi nyokap gw, yang baru belakangan mengakui bahwa dia punya penghasilan dari usaha kecil-kecilan, dan dari keikutsertaannya disitu, dia pun dah punya NPWP. Waduh, cilaka ini, bisa rebek kalau begini ceritanya. Kalau suami-istri punya NPWP masing-masing, padahal mereka gak ngajuin surat bahwa pelaporan pajaknya dilakukan masing-masing, bisa jadi masalah nih. Pendapat gw sebagai calon konsultan pajak (asikkk), mending nyokap buat surat ke KPP untuk menghapus NPWP-nya dan untuk pelaporannya biar digabung sama bokap. Toh usahanya kecil-kecilan ini, gak tembus PTKP juga.

Sebenarnya sih kekesalan bukan karena masalah keras kepala masing-masing dalam pelaporan pajak sih, tapi banyak hal lagi, misalnya nyokap dengan willingness tinggi sampai mengorbankan anaknya ini buat nganterin dokumen dari DJP ke sodara gw yang dulu tinggal di rumah dan menyebabkan dokumen perpajakannya dikirim ke ke rumah, yang sekarang setau gw tinggal di Palmerah. Ya elah, ngapain juga nyokap begitu, tinggal telepon aja, suruh dia lapor pajaknya, terserah mau pake alamat baru atau tetap pake alamat rumah gw. Kalau pake alamat baru, ya ajuin surat perpindahan domisili, kalau nggak ya udah gapapa, yang penting dilaporin aja. Masalah dokumen SPT kan tinggal di print aje, ato gak minta di kantor gw rasa juga ada lah. Buku petunjuk juga tinggal download kok. Fiuhh, jadi bikin repot sendiri, jadi pake acara nganter nyokap gw ke Palmerah segala, arrgghhhhh.....

Udah ah, kesel gw. 
Smoga di pekerjaan kelak, aminnnn, gw cukup sabar dalam mengerjakan hal-hal perpajakan yang diamanatkan ke gw.
Amin ya Tuhan, aminnnn.....

18/03/09

banguuuuunnnnnn!!!!

Bangun Pagi Banyak Rejeki

Yups...kiasan ini cukup terkenal. Gw lupa sih kalimatnya yang bener kaya apaan, tapi intinya seperti itulah, bangun pagi banyak rejeki.
Pertama, ini conditionally di rumah gw sih, kalo bangun pagi (definisi bangun pagi adalah bangun sebelum jam 7 pagi), gw akan terhindar dari amukan orang tua. Bokap dah paling sewot dah kalo ada anaknya yang nggak bangun pagi. Tambahannya adalah, gw belum juga menyelesaikan skripsi gw ampe sekarang, sudahlah, ini makin memperpanjang perkara aja. Ntah sindirannya dia yang sering kali tidak diucapkan dengan jelas, yang sering buat gw geli sendiri karena bingung dia ngomong apaan tapi mukanya sewot, hehe.. Sebenernya sih kedua kakak gw juga tidak lebih baik bangunnya ama gw, tapi, ini negatifnya gw aja sih, karena mereka sudah kerja jadi mungkin ada semacam pemakluman dari bokap buat mereka. Fiuhh, wishing i have finished it and get working.

Nah yang kedua adalah menyangkut mood. Belum nemuin hubungannya sih secara ilmiah, ntah kenapa kalo bangun pagi perasaan jadi enak aja. Masih bisa hirup udara yang agak sejuk, bisa ngelihat dari gelap terus perlahan-lahan terang (dan kalo jadi terik gw males juga sih, hehe...). Terus klo lagi di rumah, jalan ke halaman, ngelihat daun-daun agak basah-basah gimana gitu, dan ngelihat satu tanaman, yang kalau gak salah sih sedap malam, yang bunganya berguguran di tanah tapi masih dalam keadaan segar. Cakepp banget tuh rasanya.
Yang ketiga, kalau tadi ngomong tentang mood, sekarang masalah fisik. Ini juga subyektif gw aja, kalau bangun pagi buat badan lebih enak aja rasanya. Pegel-pegel di punggung, kepala yang terasa berat, setan-setan yang nyuruh gw untuk tidur lagi rasanya tidak terlalu terasa kalo gw bangun pagi. Padahal gak jarang gw bangun pagi meskipun baru tidur jam 2-3an pagi. Malah klo dibanding dengan masa-masa jahiliyah yang bikin gw bangun ampe jm 8 jam 9, badan rasanya seger banget, padahal ya secara kuantitas kan tidur lebih lama tuh kalo bangun agak siang. Sekali lagi gw gak tahu kenapa kok bisa terjadi kaya gitu. Tapi ya itulah yang gw rasakan.
Apalagi mengingat hampir tiap jumat gw nginep di depok dengan harapan sabtu pagi bisa jogging di UI, mang penting banget tuh yang namanya bangun pagi. Seneng aja lari ama temen-temen di kampus, sehat, bisa update gosip-gosip teranyar di kampus, kadang bisa ketemu temen juga yang kebetulan sedang lari pagi juga, dan kalo lebih hoki lagi, kadang-kadang ngelihat cewe cakep yang juga lagi jogging. Two thumbs up to you, cakep, sehat, rajin lagi bangun pagi. Emang sih jaraaaannngg banget ngelihat yang cakep klo lagi sabtu pagi, yang ada juga bapak ibu, yang kadang juga bawa anaknya yang masih kecil banget.

Sejauh ini sih prsentase bangun pagi gw masih 50-50, padahal udah setel alarm yang berbunyi tiap 10 menit dari jam stgah 6. Bangun sih, tapi ya itu, ambil handphone terus "menenangkan" dia n gw lanjut tidur lagi. Terus bangun jm 8 dengan merasa bersalah tapi tetap aja masih tidur-tiduran, fiuhhh...Malahan alarmnya gw setel pake lagu The Beatles yang judulnya Good Morning Good Morning, judulnya pas banget, selamat pagi, trus juga dimulai dengan suara ayam berkokok. Cakep banget jadi alarm bangun pagi, natural tapi suaranya keras. Tapi ya itu tadi, tetep aja gak sanggup bangunin gw, duhhhh....

Yo wis lah,, terus berusaha lah Prima!!!!

Nih gw post juga videonya bang Oma yang judulnya "Lari Pagi", semoga menginspirasi, hahahay!!!!

03/03/09

Naik Busway Koridor VIII

Seperti yang sudah disebutkan pada postingan sebelumnya, kali ini gw coba menceritakan pengalaman gw naik Transjakarta koridor baru, yaitu koridor 8, rute Lebak Bulus-Harmoni. Koridor ini sangat gw tunggu-tunggu keberadaannya, sejak pertama kali digaungkan sekitar dua tahun lalu. Banyak alasan mengapa gw sangan menantikan, pertama jalurnya melewati jalan panjang yang dimana untuk mencapainya tinggal jalan sedikit dari rumah. Kedua, jalur yang dilewati sangat strategis, untuk mencapai spot-spot oke di Jakarta, misalnya saja PIM, kemudian Harmoni, nah dari Harmoni kan kita bisa kemana-mana lagi karena memang di shelter itu banyak sekali transit bus Transjakarta dari beberapa koridor. Ketiga, masalah proudness, karena senang n bangga aja akhirnya daerah rumah gw terjamah juga dengan angkutan massal andalan Jakarta ini, hehe...

Penantian akhirnya tercapai juga setelah hampir 1 tahun penundaan peluncuran perdananya. Dijanjikan dari bulan Juni 2008, terus molor September, molor lagi sampai secara resmi diumumkan tanggal 14 Februari kemarin dan ternyata masih aja molor sampai tanggal 21. Alasan penundaan disebabkan karena armada yang sangat kurang (dan sampai sekarang pun masih kurang), fasilitas fisik yang belum siap semisal shelter dan separator jalan, dan alasan-alasan lain yang gw pun tidak tahu persis apa. Kebetulan sekali launching perdananya bersamaan dengan hari pembinaan penilik di Perkantas Pintu Air, jadi ada alasan juga gw naik kendaraan ini, daripada cuma iseng ato gaya-gayaan kaya alay-alay, yihaaa..(maap untuk akamsi-akamsi seantero Jakarta, hehe..)

Berangkat jam stgh 6 dari rumah (dimana acaranya jam 7, hehe, ngaret banget ya!!), nebeng nyokap ampe jalan depan naik motor, trus berjalan menaiki shelter Sasak Kelapa Dua. Komplain pertama gw dari fasilitas ini, yaitu jembatan penghubung menuju shelter yang cukup jauh dan muter-muter. Apa yang dipikirkan perencana fasilitas ini kok bisa-bisanya buat jembatan penghubung jauh dan muter-muter. Apa gak bikin boros anggaran tuh dengan buat jembatan naik turun muter-muter kaya gitu?? Apa justru emang itu tujuannya :p.....

Komplain kedua, armada bisnya masih kurangggg banget. Hal ini udah bikin khawatir gw ketika masih berjalan di jembatan dan sudah ada bis yang menunggu di shelter. Gw langsung berpikir berapa lama waktu yang diperlukan sampai bis berikutnya datang ya. Tepat saja perkiraan gw, lebih dari 20 menit gw harus menunggu untuk kedatangan bis yang berikutnya. Ditambah lagi bis nya yang penuh, walhasil gw berdiri dah.

Komplain ketiga, seperti yang sudah diwanti-wanti oleh penyelenggara jasa, bahwa koridor ini masih beroperasi separuh rute, jadi untuk mencapai shelter Harmoni, gw harus transit di shelter Indosiar dan menyambung dengan bis yang koridor Kalideres-Harmoni. Nah permasalahannya adalah.....shelter Indosiar itu ternyata kecilnya ampun-ampunan. Kayaknya gak layak buat dijadikan shelter transit pergantian koridor. Akhirnya gw empet-empetan deh di shelter itu sambil nunggu bis yang tidak tahu akan kapan datang. 

Komplain keempat, ternyata pada hari itu juga, pengelola Transjakarta meluncurkan jalur baru tapi tetap dengan armada lama, kalau gak salah Kalideres-Pulo Gadung dan ASMI-apa Sari gitu, lupa gw. Ya sudah deh, gw mesti tanya lagi sama mas-mas yang nungguin bus, untuk mastiin mereka lewat mana karena yang dari Kali Deres sekarang bisa menuju Pulo Gadung lewat TOmang atau langsung ke Harmoni lewat Roxy. Nah, yang gw naikin itu ternyata yang menuju Pulo Gadung, gw baru menyadri setelah gw masuk dan bertanya ama mas-mas penjaga. Hmmm, waktu berpikir hanya 5 menit, karena kalau sudah melewati shelter Jelambar, gw dah gak bisa ngapa2in lagi. Sempet niat turun untuk nunggu bis yang langung menuju ke Harmoni dari pada transit-transit mulu di Tomang. Tapi mikir-mikir lagi deh, daripada nunggu-nunggu gak jelas dan sekalian ngerasain jalur Tomang naik busway. Ternyata keputusan ini salah banget, melewati jalur Tomang cukup banyak shelter yang harus disinggahi, ya udah deh, lama betul gw di jalan, mana diri bawaan berat lagi, duhhhh...Nah intinya apa dari komplain ke-empat ini?? Uncertainty, kata-kata favorit beberapa waktu yang lalu. Ketidakpastian, karena bingung harus menuju kemana, turun dimana, nyambung yang kemana dll.

Kemudian turun di shelter Harmoni, dan kembali bertanya sama mas-mas di shelter, bis mana yang nyambung ke arah Juanda, dan dia menunjuk kanan belakang untuk tempat gw mesti menunggu. Fiuhh, ternyata sepi, apalgi dibanding sama sebelah, yang menuju Kali Deres, ampun dehhh. Gak lama nunggu, kemudian naik bis yang menuju Juanda deh. Sesampainya di shelter Juanda, agak mengeluh dengan kepala yang agak pusing entah mengapa. Tapi ya sudah lah, gw berjalan agak cepat menuju Perkantas Pintu Air dengan agak panik juga, karena takut ngaret parah..Untung saja telatnya gak terlalu parah, aminnn...

Wah, ternyata masih banyak yang harus dibenahi dari fasilitas transportasi kebanggaan Jakarta ini. Bukan aja yang di koridor 8, tapi keseluruhannya deh. Masalah armada, sterilisasi jalur, kenyamanan pengguna, fasilitas fisik pendukung dan banyak lagi lah. Semoga aja yah...aminn